waktu itu sekitar jam ini kamu diperlakukan tak pantas.
kamu biarkan.
malam ini kamu siap. untuk melakukan yang pantas.
pisau selalu terasah.
tongkat polisi pun kamu bawa untuk senjata bertahan.
berjalan kesana terasa lama
ke tempat kamu harapkan ia berada
sesampainya disana, kamu lihat ia. masih dengan gayanya. masih dengan tatapannya.
kamu mendekat perlahan. ia sudah melihat dari jauh kedatanganmu. jadi tidak ada efek kejutan kali ini.
ketika jarak sekitar 5 meter darinya kamu mempercepat langkah, pisau yang sejati tadi ditangan sudah siap. ia kaget tapi itu kesempatan. kamu ayunkan tangan kiri dan pisau selalu genggaman ke arah mukanya. ia bergerak menjauh ke belakang namun ujung pisau selalu bisa mengenai sasaran. darah merah segar keluar dari pipi sebelah kiri.
dari balik jaket kamu ambil tongkat dan dengan mantap kamu memulai serangan. jangkauan tongkat membantu kamu mengenai sasaran di bahu kiri dan telinga kiri. limbung badannya kamu lihat. Saat menusukkan pisau. kamu mendekat dan bahu kiri menjadi sasaran tikaman sedalam 3inchi. ia berteriak. dan segera kamu bungkam dengan pukulan tongkat ke mulutnya.
terjatuh ia berlutut sambil memegang luka di bahu.
kamu sarungkan pisau. kamu ambil satu lagi tongkat. dengan kedua tangan memegang tongkat kamu mulai mengayunkan tongkat ke tubuhnya. terus. tak berhenti. hingga ia terjerembab.
puas
keringat
adrenalin
berdebar
perlahan
memudar
setelah pasti ia tidak bergerak, kamu taruh tongkat lalu mengambil pisau yang sedari tadi disarungkan.
pelan… kamu balikkan badannya..
tangan kiri memegang dahi.
pisau di tangan perlahan.. menyentuh kulit lehernya.. lalu dengan sekali iris… kamu sudah membuka lehernya.. darah memancar dari lehernya, membasahi dada dan mukanya.
kamu bersiap pulang
wajahnya yang masih menempel di kepala yang hampir lepas dari badannya menengadah menatap langit.